SKOR.id - Kabar cukup mengejutkan datang dari lifter putri Indonesia, Windy Cantika Aisah, yang telah memutuskan pensiun sebagai atlet angkat besi.Windy Cantika Aisah mengungkapkan kabar terkait kariernya sebagai atlet angkat besi tersebut via unggahan Instastories pada Sabtu (9/11/2024) malam.Perempuan 22 tahun itu membuka pernyataan dengan permohonan maaf karena sudah menutup akun Instagram pribadinya sejak Juli sehingga tak bisa berinteraksi.Kemudian, Windy Cantika Aisah menyatakan bahwa dirinya telah memutuskan untuk pensiun dan PON 2024 jadi aksi terakhirnya sebagai lifter.Pada PON 2024 yang berlangsung di Aceh dan Sumatra Utara sekitar dua bulan lalu, ia mampu mendapatkan medali perak dari cabor angkat besi kelas 55 kg putri.Kala itu, Cantika yang mewakili Jawa Barat finis kedua berkat total Angkatan 179 kg dengan rincian 81 kg snatch dan 98 kg clean and jerk.Ia hanya kalah dari rekannya di Pelatnas, Juliana Klarisa (Jambi), yang membukukan total angkatan 190 kg dengan rincian 82 kg snatch dan 108 kg clean and jerk.<figure class="image"><img src="https://assets-skorid.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/Instastories_Windy_Cantika_Aisah_df52b30f23.jpg" alt="Instastories Windy Cantika Aisah"><figcaption>Unggahan Instastories Windy Cantika Aisah pada Sabtu (9/11/2024) terkait keputusan pensiun sebagai atlet angkat besi. (instagram.com/windycantika11)</figcaption></figure>“Mungkin keputusan ini sangat disayangkan bagi orang terdekat dan mungkin PON 2024 ini menjadi pertandingan terakhir saya karena keputusan saya pensiun sebagai atlet,” tulisnya.“(Namun) keputusan ini sudah dipikirkan dengan sangat lama dan (melewati) banyak pertimbangan. Ada pendidikan yang harus diselesaikan.”Keputusan Windy Cantika Aisah untuk pensiun cukup disayangkan terlebih diambil kala dirinya masih tergolong berusia muda bagi seorang atlet angkat besi.Apalagi anak dari lifter putri era 1980-an bernama Siti Aisah itu sempat digadang-gadang sebagai masa depan angkat besi Indonesia di kategori putri.Predikat itu didapatkan setelah Windy Cantika Aisah sukses menyabet medali perunggu kelas 49 kg putri dalam ajang Olimpiade 2020 yang digelar di Tokyo, Jepang pada 2021.Sebelum membuat gebrakan di Olimpiade 2020, perempuan kelahiran Bandung itu lebih dulu mencuri perhatian di ajang IWF Junior World Championships 2019.Kala itu, Cantika yang belum genap berusia 17 tahun dan masih tergolong dalam kategori youth mendapat medali perak untuk angkatan snatch, clean and jerk, dan total di kelas 49 kg putri.Sekitar tiga bulan berselang, tren positif Cantika berlanjut di Kejuaraan Junior Asia 2019. Ia meraih emas untuk angkatan snatch dan dua perak untuk angkatan clean and jerk serta total.Windy Cantika Aisah pun menutup tahun dengan menyabet medali emas SEA Games 2019 yang jadi pengalaman perdananya tampil di pesta olahraga terbesar untuk kawasan Asia Tenggara.Kala itu, ia meraih medali emas cabor angkat besi kelas 49 kg putri berkat torehan angkatan total 190 kg dengan rincian 86 kg snatch dan 104 kg clean and jerk.Tiga angkatan yang dibukukan Windy Cantika Aisah di SEA Games 2019 juga tercatat sebagai rekor dunia untuk kelas 49 kg putri kategori youth dan masih bertahan hingga saat ini.<figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/CW93SofBuYk"></oembed></figure>Gebrakan Windy Aisah Cantika pun berlanjut meski kompetisi angkat besi dunia kala itu turut terganggu efek pandemi Covid-19.Ia sukses menyapu bersih medali emas kelas 49 kg putri dari Kejuaraan Junior Asia 2020 dan IWF Junior World Championship 2021 yang jadi modal berharga untuk meraih perunggu Olimpiade 2020.Setelah membuat gebrakan di Olimpiade 2020, Windy Cantika Aisah makin tak terbendung di level junior. Ia kembali sukses memborong medali emas kelas 49 kg putri di IWF Junior World Championships 2022.Sayang, tren positif Cantika harus terputus beberapa pekan kemudian di SEA Games 2021 yang digelar di Hanoi, Vietnam pada pertengahan Mei 2022.Kala itu, ia sempat menunjukkan performa kompetitif dengan membukukan 82 kg angkatan snatch yang membuatnya menduduki peringkat dua di bawah Surodchana Khambao (Thailand).Sayang, Cantika tak mampu mengangkat beban 100 kg dalam tiga kesempatan di sesi clean and jerk yang membuatnya otomatis tercoret dari klasifikasi sekaligus gagal mempertahankan medali emas.Seusai berlaga, Windy Cantika Aisah mengungkap bahwa dirinya menderita cedera pinggul dan tulang kering yang sudah dirasakan sejak tampil di IWF Junior World Championships 2022.Setelah mendapat hasil yang mengecewakan di SEA Games 2021, &nbsp;ia coba bangkit di Kejuaraan Asia 2022 di mana dirinya menjalani debut di kelas 55 kg putri.Windy Cantika Aisah pun pulang dengan hasil yang cukup baik karena mampu meraih perunggu untuk angkatan clean and jerk dan finis keempat di klasemen angkatan total.Sayang, performa Cantika setelah itu justru cenderung mengalami penurunan baik saat turun di kelas 49 kg maupun 55 kg putri.Perempuan berzodiak Gemini tersebut tampak kesulitan tampil kompetitif apalagi naik podium seperti yang dilakukan sebelum SEA Games 2021.Windy Cantika Aisah pun lebih sering diberitakan berkutat dengan cedera, mulai dari tulang kering, lumbar, hingga terakhir di area lutut saat dirinya tampil di PON 2024 lalu.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/m__x99OL2uI?si=OD9GgGhdJUWShUB7" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Windy Cantika Aisah pernah mencuri perhatian publik kala meraih medali perunggu Olimpiade 2020 kala masih berusia 19 tahun.

Semua berita terkini tentang tenis, voli, MMA, renang, atletik, WSBK, Formula E, dan masih banyak lainnya.

Other Sports

Windy Cantika Aisah Pensiun Dini, Medali Perak PON 2024 Jadi Persembahan Terakhir

SKOR.id - Atlet berkuda muda, Nusrtdinov Zayan Fatih (Dinov), menorehkan prestasi luar biasa pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara (Sumut) 2024 cabang olahraga (cabor) berkuda equestrian.Cabor berkuda diselenggarakan di venue Jericho Stable, Sei Rampah, Serdang Bedagai Sumatera Utara pada 10-18 September 2024.Dinov, yang mewakili kontingen tuan rumah, Sumut, dan menjadi atlet termuda di cabor berkuda equestrian, berhasil menyabet medali emas nomor show jumping (lompat rintangan) 110 cm individual U21. Ia mengungguli 15 atlet lain dari 9 kontingen.Pada pertandingan tersebut, Dinov yang berpasangan dengan kudanya, Lenneke, tampil impresif di dua babak yang dilombakan. Ia meraih hasil sempurna Double Clear Round dan catatan waktu tercepat 67,76 detik di babak pertama serta 47,59 detik di babak kedua untuk menyisihkan lawan-lawannya di nomor bergengsi ini.“Alhamdulillah meskipun harus menghadapi berbagai kendala tapi akhirnya Dinov dan Lenneke berhasil meraih medali emas,” tutur ibunda Dinov, Riyanti Kutty Nurinda kepada awak media, Senin (23/9/2024).“Lenneke (kuda pasangan Dinov), yang harus melalui jalur darat ke arena PON di Sumatera Utara menghabiskan waktu tempuh selama lima hari, memang datang cukup terlambat dengan menyisakan waktu latihan dan adaptasi hanya tiga hari,” Rinda menambahkan.Lebih lanjut, Rinda mengungkapkan bahwa berbagai strategi ditempuh sang putra dan tim guna mempersiapkan diri jelang pertandingan, di antaranya konsultasi yang intens bersama dokter hewan untuk mengatasi faktor kelelahan akibat perjalanan panjang yang ditempuh Lenneke.Bahkan pelatih Dinov, Albert Pelealu, pun sampai menyusun pola latihan khusus agar ia dan Lenneke cepat beradaptasi dengan lingkungan dan cuaca disekitar venue pertandingan.<figure class="image"><img src="https://assets-skorid.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/PON_2024_18bc8cd6d4.jpg" alt="PON 2024"><figcaption>Cover PON 2024 yang berlangsung di Aceh dan Sumatera Utara. (Hendy Andika/Skor.id)</figcaption></figure>Sementara itu, Dinov sempat menceritakan rasa demam panggungnya saat pertama kali turun di pertandingan bergengsi sekelas PON, dengan berbagai kendala yang harus dihadapi.Dinov dan tim memang bekerja keras untuk mengubah berbagai tekanan yang timbul menjadi energi positif agar ia dan Lenneke bisa tampil dalam performa terbaik saat pertandingan.“Memang awalnya sempat sedikit nervous, tapi berkat dukungan yang besar dari tim DNV Equestrian yang datang ke Medan, aku bisa fokus di pertandingan untuk bermain bagus,” ujar Dinov.Medali emas yang diraihnya di PON 2024 jadi penghargaan tertinggi selama perjalanan karier atlet binaan DNV Equestrian yang&nbsp; berusia 14 tahun dan baru pertama kali berpartisipasi di ajang sekelas PON tersebut.&nbsp;Sebelumnya, Dinov juga berhasil membukukan prestasi gemilang dalam berbagai ajang kompetisi berkuda baik tingkat lokal, nasional, maupun internasional.&nbsp;Bahkan, selama kariernya sejak tahun 2022 saja, Dinov telah mengkoleksi&nbsp; tidak kurang dari 168 medali emas dari berbagai ajang kompetisi berkuda yang diikutinya.Ketika awak media menanyakan target selanjutnya, Dinov menyampaikan bahwa dirinya akan berusaha sekeras mungkin untuk bisa tampil di ajang Youth Olympic yang akan diselenggarakan di Dakkar, Senegal pada 2026 mendatang.&nbsp;Sejumlah agenda pertandingan dari kejuaraan-kejuaraan berkuda pun tengah dipersiapkan Tim DNV Equestrian untuk ajang persiapan bagi atlet masa depannya tersebut.“Salah satu persiapanku menuju ajang Youth Olympic 2026 adalah dengan berusaha tampil bagus di pertandingan-pertandingan seri FEI Jumping World Challenge (JWC) Indonesia di musim kompetisi tahun 2025 mendatang,” tutup atlet dengan julukan Super Dinov tersebut.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/RuD4NgI5JLY?si=rKvshEwZsuiw8Wty" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Nusrtdinov Zayan Fatih jadi atlet termuda yang menyabet medali emas PON 2024 cabor berkuda equestrian nomor show jumping 110 cm individual U21.

Kisah Nusrtdinov Zayan Fatih Atasi Berbagai Kendala untuk Raih Medali Emas PON 2024

SKOR.id –&nbsp;Indonesia Anti Doping Organization (IADO) mengirim 784 sampel urine dari atlet yang berlaga di Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 Aceh-Sumatera Utara ke Bangkok, Thailand.Sejumlah sampel tersebut dikirim untuk diuji tes doping di laboratorium yang telah terakreditasi di Bangkok.“Seluruh sampel tersebut diambil dari sejumlah atlet yang juara, pemecah rekor dan atau yang ditarget dari 21 cabang olahraga di Aceh dan dari 25 cabang olahraga di Sumatera Utara,” ujar Ketua Umum IADO, Gatot S Dewa Broto mengutip dari Antara.Gatot menjelaskan pengujian sampel urine itu berkaitan dengan realisasi pengawasan anti-doping pada pelaksanaan PON Aceh-Sumut 2024 yang telah berlangsung selama 9-20 September lalu.Sampel urine berasal dari para atlet yang berlaga di dua provinsi. Sebanyak 377 sampel diambil dari provinsi tuan rumah yaitu Aceh. Sisanya 407 sampel diambil dari atlet yang bertanding di Sumatera Utara.Dari semua sampel yang dikirim, IADO telah menerima hasil pemeriksaan doping dari sampel urine yang dikirim pada tahap pertama sebanyak 80 sampel. Hasil pemerikasaan menunjukkan 80 sampel tersebut dinyatakan negatif doping. Sedangkan untuk sampel yang dikirim pada tahap berikutnya, IADO memutuskan tidak akan mengumumkan hasil pemeriksaannya sampai dengan selesainya proses persidangan yang dilakukan oleh Komite Result Management IADO. Lebih lanjut, Gatot mengatakan pengambilan sampel idealnya memang dilakukan di seluruh cabang olahraga yang dipertandingkan di PON 2024.&nbsp;Namun, karena keterbatasan dana untuk pengawasan doping ini, maka pemeriksaan doping di PON tersebut tidak mencapai 10 persen dari total keseluruhan atlet. Sampel yang diambil tidak mencapai minimal sampel seperti yang diatur dalam Pasal 49 Ayat 3 Surat Keputusan Ketua Umum KONI Pusat No. 74 Tahun 2022 tentang Penyempurnaan Ketiga Surat Keputusan Ketua Umum KONI Pusat Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Peraturan Pekan Olahraga Nasional. IADO kemudian melakukan pengujian untuk pemetaan dan identifikasi terhadap sejumlah cabang olahraga yang dilakukan pengambilan sampel, yaitu paling tidak berbasis Olimpiade, DBON (Desain Besar Olahraga Nasional) dan juga yang beresiko kemungkinan penggunaan zat terlarang meskipun bukan cabang olahraga berbasis Olimpiade. Pada akhirnya, IADO menerapkan skala prioritas dengan tetap tidak mengurangi kualitas dan standar pengawasan doping. Gatot pun mengucapkan terima kasih kepada Dinas Kesehatan Aceh dan juga Dinas Kesehatan Sumatera Utara yang telah memfasilitasi seluruh keperluan IADO dalam pengawasan doping tersebut. Sinergitas yang bagus tersebut, kata dia, memungkinkan IADO dapat berkinerja dengan maksimal meskipun pada awalnya memang membutuhkan upaya lebih keras untuk meyakinkan keterbatasan masing-masing.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/RuD4NgI5JLY?si=YysoMfh9me3jgZbf" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

IADO jelaskan pengujian sampel urine itu berkaitan dengan realisasi pengawasan anti-doping pada pelaksanaan PON Aceh-Sumut 2024. 

Sebanyak 784 Sampel Urine Atlet PON 2024 Diuji Tes Doping di Bangkok 

SKOR.id - Angkat besi Indonesia memiliki prestasi yang baik dalam 24 tahun terakhir di Olimpiade. Ya, para lifter nasional selalu memberikan medali bagi Indonesia dalam ajang empat tahunan terbesar di dunia itu.Mulai dari Olimpiade Sydney 2000 hingga Paris 2024, angkat besi selalu mempersembahkan medali bagi Indonesia. Salah satu lifter yang telah memberikan empat medali bagi Indonesia dalam lima kali keikutsertaannya dalam Olimpiade adalah Eko Yuli Irawan.Ya, Eko Yuli Irawan mempersembahkan perunggu dalam Olimpiade Beijing 1998 melalui kelas 56 kg putra. Beijing sekaligus menjadi tampil perdana Eko dalam Olimpiade.Olimpiade kedua Eko adalah London 2012 dan dia mempersembahkan perunggu dari kelas 62 kg putra. Pada 2016 di Rio de Janeiro, Eko merebut perak dari kelas yang sama. Kemudian pada Tokyo 2020, dia merebut perak dari kelas 61 kg.Dalam Olimpiade 2024, Eko belum berhasil membawa pulang medali karena dia mengalami cedera paha kanan sehingga tak mampu melakukan angkatan clean &amp; jerk.Meskipun begitu, Eko telah berhasil membuat rekor di Indonesia, yakni menjadi satu-satunya atlet Indonesia yang bisa tampil dalam lima Olimpiade beruntun.Hal ini jelas telah membuat Eko menjadi legenda. Selain itu, dia juga satu-satunya atlet Indonesia yang berhasil merebut empat medali dalam empat Olimpiade beruntun.Dengan pencapaian tersebut, pria berpembawaan ramah yang kini telah berusia 35 tahun itu pun sadar bahwa usianya sudah bertambah dan pria kelahiran 24 Juli 1989 tersebut punya banyak rencana.Meski sudah di atas 30 tahun, Eko masih yang terbaik di kelasnya di Indonesia. Bahkan, dia masih meraih emas dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 yang sekaligus memecahkan rekor PON.Lifter yang meraih empat emas Kejuaraan Dunia Angkat Besi pun sempat berbincang-bincang dengan Skor.id melalui telepon pada Selasa (17/9/2024) tentang karier, rencana masa depan, dan apa saja yang suami dari mantan lifter putri, Masitoh, ini ingin lakukan.Berikut wawancara eksklusif Skor.id dengan peraih emas Asian Games 2018 kelas 62 kg ini.Dalam PON 2024, Anda kembali dapat emas di kelas 67 kg dan telah mengikuti lima PON serta memecahkan rekor PON. Bagaimana Anda menilai persaingan kelas putra di level nasional? Rata-rata peraih emas kelas saya sampai kelas Rizki (Juniansyah) semua penghuni pelatnas. Memang agak susah bagi anak daerah untuk melawan (anak pelatnas). Untuk latihan, tak terlalu berbeda tapi nutrisi dan fasilitas saja yang berbeda sehingga masih sulit.Fasilitas yang seperti apa yang paling berbeda? Untuk fasilitas atau lokasi latihan sudah lumayan mumpuni di daerah tapi kadang di daerah baru mulai pemusatan latihan 5-6 bulan sebelum PON dan tak berkelanjutan. Atlet pelatnas berbeda karena mendapatkan pembinaan berkelanjutan sehingga atlet pelatnas memiliki kelebihan ini.Selain itu, atlet yang dikembangkan sendiri juga punya keuntungan lain. Kita bersyukur karena ada Rizki (Juniansyah) dan Rahmat (Erwin Abdullah) yang mereka dilatih oleh ayah mereka sendiri. Mereka dididik dan dibina dengan penuh pengorbanan. Mereka melatih anaknya sendiri.Apakah ada keinginan untuk menjadi pelatih? Menjadi pelatih yang melatih seperti melatih anak sendiri adalah kegilaan yang saat ini sedang saya mulai. Dalam 1-2 tahun terakhir, saya mulai membuat Eko Power Fit Club. Saya membangun klub ini dan berharap bisa berkembang. Anak-anak yang saya latih tidak dipungut biaya dan apa yang saya makan juga mereka makan. Saya juga berharap nantinya para atlet dari klub bisa masuk dalam kejuaraan nasional membawa nama klub.Saya berharap kejuaraan nasional bisa dibuat dalam bentuk open (terbuka) sehingga klub juga bisa ikut dan bukan hanya provinsi. Saya ingin merekrut anak-anak saat saya masih aktif dan istri saya juga bisa melatih. Mungkin saya akan pensiun 2 tahun lagi dan kalau memungkinkan bisa mengikuti Olimpiade sekali lagi. Saya berharap semoga dalam tiga tahun ke depan anak-anak (dari klub saya) bisa berkembang dan saya mau datang dan membawa atlet untuk Indonesia.Bagaimana cara daftar untuk anak-anak yang berminat? Untuk anak-anak di bawah usia 15 tahun, gratis. Tapi, memang tak ada fasilitas untuk penginapan, kecuali mereka memiliki progress atau potensi yang meyakinkan. Selain itu, klub saya juga buka untuk kelas crossfit bagi orang dewasa dan kelas powerlifting. Kalau untuk dua kelas ini, ada biaya (Eko tertawa).Setelah Olimpiade dan PON. Apa target berikutnya? Sampai saat ini, SK (surat keterangan) saya masih sampai akhir tahun. Pada akhir tahun akan ada Kejuaraan Dunia di Bahrain, tapi saya belum tahu apakah akan berangkat. Saya akan menunggu dari federasi.Olimpiade terakhir di Paris 2024 dan sedang mengalami cedera serta belum berhasil membawa pulang medali. Bagaimana Anda bangkit dari kegagalan kala itu? Namanya olahraga, menang itu hal biasa. Asian Games (2023), gagal, Olimpiade (2024), gagal. Apakah harus ditangisi terus-terusan? Saya tangisi juga tak berubah. Dijadikan evaluasi? Betul. (Menangisi) harus kita buang jauh-jauh. Kita harus bangkit saja. Ya, sudah, hari ini kita gagal. Ya, sudah, rezekinya hanya itu. Kita bersyukut meski gagal tapi ini yang terbaik. Selanjutnya adalah memulihkan angkatan.Anda sudah mengikuti lima Olimpiade dan menjadi satu-satunya orang Indonesia yang bisa melakukan ini. Apa pendapat Anda? Motivasi saya dari dulu memang untuk mendapatkan emas (Olimpiade) dan sampai sekarang belum tercapai dan saya masih ingin emas. Bagi saya, lolos ke Olimpiade itu sudah biasa saja, tantangannya yang berat. Rasa ikut lima kali, normal. Sejak pertama di Beijing juga sama. Sejak masuk ke Olimpiade, saya tidak hanya ingin lolos Olimpiade. Saya berpikir caranya untuk mendapatkan medali.Motivasi untuk dapat emas Olimpiade tapi saya cedera (saat Paris 2024) dan tak bisa mengangkat clean &amp; jerk. Kita sudah berusaha tapi belum dapat. Saya tak mau hanya berada di zona nyaman dengan yang penting lolos. Saya ingin bisa tembus Olimpiade dan bisa emas. Tapi usia saya sudah seperti ini. Saya juga berpikir apakah saya masih bisa bugar dan fit untuk bisa mencapainya.Bagaimana Anda menilai diri Anda sebagai lifter di usia 20an dan saat ini di usia 30an? Saya mungkin dibilang oleh para junior sebagai senior gila. Saya fokus ke pemulihan dan peningkatan angkatan. Dengan usia sekarang, pemulihan perlu 3-4 bulan. Ketika masih 20an, pemulihan bisa cukup 1 bulan. Latihan juga durasinya berbeda. Sekarang repetisinya tak terlalu banyak dan fokus ke teknik yang benar. Sekarang lebih ke smart training. Saya merasa (teman) seangkatan saya sudah tak ada. Saya senior sendiri. Junior di bawah saya usianya jauh dan saya bergaulnya dengan pelatih (Eko tertawa).Anda telah menjadi lifter hampir sepanjang hidup Anda. Apa yang dipelajari dari angkat besi? Saya menjadi atlet angkat besi (selama) 23-24 tahun. Angkat besi mengubah semuanya. Saya dari tidak punya, jadi punya hunian dan juga untuk orang tua. Saya juga bisa memberangkatkan mereka haji. Hidup saya dari angkat besi dan kalau membahas angkat besi, maka saya bisa disebut pakarnya. Ketika tak lagi dilatih Pak Lukman pada 2014, saya bisa menerapkan sendiri latihannya.Jadi 80 persen hidup saya dari angkat besi. Jadi, saya tak bisa meninggalkan angkat besi. Sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara) Kemenpora juga kita dituntut untuk membina dan saya juga mati-matian untuk membuat klub dan melakukan pembinaan dan saya ingin anak-anak ini berprestasi. Saya senang melihat anak-anak tersebut berkembang dan saya bersyukur karena istri juga mendukung.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/RuD4NgI5JLY?si=qIx9Ns_W4pNr48a1" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Eko Yuli Irawan adalah lifter Indonesia yang telah tampil dalam lima Olimpiade, yakni 2008, 2012, 2016, 2020, dan 2024.

Wawancara Eksklusif Eko Yuli Irawan: Belum Pensiun dan Tak Bisa Lepas dari Angkat Besi

SKOR.id - Sekjen PSSI, Yunus Nusi, mengungkapkan PSSI bakal segera memberikan keputusan terkait kasus pemukulan wasit pada laga sepak bola putra Aceh vs Sulawesi Tengah di PON 2024.Wasit yang memimpin pertandingan yaitu Eko Agus Sugih Harto, juga dinilai banyak memberikan keputusan kontroversial dalam laga itu.Sebelumnya, PSSI juga membentuk tim khusus untuk menginvestigasi kasus ini langsung ke Aceh pada 18 September lalu. Tim tersebut dipimpin oleh Ketua Komite Banding PSSI, Ali Mukartono.Menurut Yunus Nusi, tim dari PSSI saat di Aceh sudah memanggil dan meminta keterangan dari tujuh perangkat pertandingan yang bertugas di laga tersebut.PSSI, dia melanjutkan, ketika itu sudah memanggil dan meminta keterangan dari tujuh perangkat pertandingan yang bertugas pada laga tersebut. Termasuk wasit Eko Agus Sugih Harto.Selanjutnya, Senin (23/9/2024), PSSI akan mendengarkan sudut pandang dari pemain tim Sulawesi Tengah yang memukul wasit Eko, yaitu Muhammad Rizki Saputra.“Senin (23/9/2024), kami akan memanggil pemain Rizki dari Palu untuk sidang berikutnya,” ujar Yunus Nusi, dalam jumpa pers yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (21/9/2024).“Mudah-mudahan Senin (23/9/2024) malam, sudah ada keputusan. Nantinya keputusannya kami serahkan ke Pak Ketum (PSSI, Erick Thohir),” tambah Yunus Nusi.Pertandingan perempat final sepak bola putra PON 2024 yang mempertemukan Aceh vs Sulawesi Tengah digelar di Stadion H. Dimurthala, Banda Aceh, 14 September 2024. Laga tersebut dimenangkan oleh Aceh setelah Sulawesi Tengah memilih walk out dari pertandingan, dalam kondisi skor imbang 1-1.Sulawesi Tengah yang dilatih eks pemain Timnas Indonesia, Zulkifli Syukur, memilih aksi tersebut lantaran tidak puas dengan kinerja wasit pada laga itu. Alasan itu pula yang membuat Muhammad Rizki Saputra memukul wasit Eko Agus hingga terkapar di kotak penalti.Ketum PSSI, Erick Thohir, menegaskan insiden tersebut memalukan dan berjanji bakal memberikan sanksi berat kepada semua pihak yang terbukti bersalah.“Pastinya akan dilakukan investigasi mendalam. Indikasi pertandingan yang tidak fair menjadi materi serius yang ditelaah,” ujar Erick Thohir.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/VaL8O6DO9i4?si=0WperRd9bdai-Eq4" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Sekjen PSSI, Yunus Nusi, mengungkapkan keputusan kasus ini akan diserahkan kepada Ketum PSSI.

National

Senin, PSSI Putuskan Kasus Aceh vs Sulawesi Tengah di PON 2024 

SKOR.id – Kontingen Jawa Barat (Jabar) berhasil menjadi juara umum Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 Aceh-Sumatera Utara. Ini membuat mereka sukses mengukir sejarah.Jabar mempertahankan statusnya sebagai juara umum PON. Mereka sukses menyandang gelar tersebut dalam tiga edisi beruntun alias hat-trick.&nbsp;Ini adalah titel juara umum PON yang keenam bagi Jawa Barat. Namun, penyelenggaraan di Aceh-Sumut menandai kali pertama mereka meraihnya pada tiga gelaran berturut-turut.Sebelum PON 2024, Jabar keluar sebagai juara umum pada edisi 2016, ketika menjadi tuan rumah, dan 2021 di Papua. Kontingen Tatar Sunda juga kampiun dalam PON 1951, 1953, serta 1961.&nbsp;Pada PON Aceh-Sumut, Jabar mengungguli dua rivalnya, DKI Jakarta dan Jawa Timur (Jatim). Kepastian ini diumumkan dalam upacara penutupan di Stadion Utama Sumut, Deli Serdang, Jumat (20/9/2024).Jabar menyabet total 540 medali, rinciannya 195 emas, 163 perak, dan 182 medali. Jakarta di posisi kedua dengan 479 medali, 184 di antaranya berupa emas. Jatim di tempat ketiga (425 medali, 146 emas). &nbsp;“Medali terbanyak dalam Pekan Olahraga Nasional ini direbut oleh Kontingen Provinsi Jawa Barat,” kata Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Marciano Norman seperti dikutip dari Antara.“Selanjutnya diikuti oleh DKI Jakarta, lalu Jawa Timur, dan Sumatera Utara di posisi empat. Selanjutnya Jawa Tengah pada posisi kelima, dan Aceh di posisi keenam,” ia menambahkan. &nbsp;&nbsp;&nbsp;Selain mengumumkan hasil akhir perolehan medali, Marciano juga mengakui bahwa penyelenggaraan PON kali ini dipengaruhi tingkat layanan yang pada awalnya belum maksimal.“Secara berangsur-angsur dapat diatasi dengan koordinasi yang sangat kondusif dengan berbagai pihak, khususnya PB PON wilayah Aceh dan PB PON wilayah Sumatera Utara,” tutur Marciano.&nbsp;Sang Ketum juga mengatakan kegiatan pertandingan yang melibatkan 65 cabang olahraga di Aceh-Sumut merupakan terbesar selama perhelatan PON. Edisi selanjutnya akan berlangsung di NTB-NTT pada 2028.Berikut Klasemen Akhir Raihan Medali PON 2024:<figure class="table"><table style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);"><tbody><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">NO</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">KONTINGEN</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">EMAS</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">PERAK</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">PERUNGGU</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">TOTAL</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">1</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Jawa Barat</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">195</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">163</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">182</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">540</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">2</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">DKI Jakarta</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">184</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">150</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">145</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">479</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">3</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Jawa Timur</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">146</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">136</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">143</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">425</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">4</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Sumatera Utara</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">79</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">59</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">116</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">254</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">5</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Jawa Tengah</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">71</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">74</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">115</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">260</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">6</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Aceh</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">65</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">48</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">79</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">192</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">7</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Bali</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">36</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">38</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">60</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">134</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">8</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Kalimantan Timur</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">29</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">55</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">69</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">153</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">9</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">DI Yogyakarta</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">29</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">36</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">52</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">117</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">10</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Lampung</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">22</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">16</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">30</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">68</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">11</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Banten</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">21</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">24</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">33</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">78</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">12</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Riau</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">21</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">22</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">37</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">80</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">13</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Papua</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">19</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">26</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">23</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">68</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">14</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">NTB</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">16</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">17</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">21</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">54</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">15</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Kalimantan Selatan</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">15</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">15</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">26</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">56</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">16</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Sulawesi&nbsp;Selatan</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">10</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">19</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">32</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">61</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">17</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Sulawesi Utara</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">10</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">14</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">18</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">42</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">18</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Sulawesi Tengah</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">8</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">7</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">20</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">35</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">19</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">NTT</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">7</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">13</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">16</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">36</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">20</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Jambi</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">6</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">18</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">27</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">51</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">21</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Sumatera Selatan</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">6</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">15</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">30</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">51</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">22</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Papua Barat</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">6</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">7</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">16</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">29</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">23</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Papua Pegunungan</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">6</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">0</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">3</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">9</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">24</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Sumatera Barat</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">5</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">14</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">30</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">49</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">25</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Kepulauan Riau</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">5</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">6</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">8</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">19</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">26</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Kalimantan Barat</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">4</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">7</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">19</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">30</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">27</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Papua&nbsp;Tengah</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">4</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">5</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">7</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">16</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">28</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Gorontalo</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">3</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">4</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">6</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">13</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">29</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Kepulauan Bangka Belitung</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">3</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">2</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">6</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">11</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">30</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Kalimantan Utara</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">3</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">1</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">5</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">9</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">31</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Maluku</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">2</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">3</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">8</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">13</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">32</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Papua Barat Daya</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">2</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">0</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">4</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">6</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">33</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Kalimantan Tengah</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">1</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">9</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">3</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">13</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">34</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Sulawesi Tenggara</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">1</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">5</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">8</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">14</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">35</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Papua Selatan</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">0</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">2</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">2</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">4</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">36</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Sulawesi Barat</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">0</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">2</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">0</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">2</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">37</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Bengkulu</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">0</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">0</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">7</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">7</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">38</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Maluku Utara</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">0</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">0</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">2</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">2</td></tr><tr><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">39</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">Ibu Kota Nusantara</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">0</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">0</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">0</td><td style="border:1px dashed rgb(187, 187, 187);">0</td></tr></tbody></table></figure><div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/RuD4NgI5JLY?si=0KBoyHVcVq7Xy7Gh" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Kontingen Jawa Barat menjadi juara umum PON XXI Aceh-Sumut 2024 setelah menyabet total medali terbanyak.

Klasemen Akhir Raihan Medali PON 2024, Jawa Barat Ukir Sejarah Hat-trick Juara Umum

SKOR.id - Woodball sukses menjadi salah satu cabang olahraga (cabor) debutan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 Aceh-Sumatera Utara.&nbsp;Sebanyak 114 atlet dari 16 provinsi turun di tujuh nomor yang dilombakan di Lapangan Golf Lampuuk, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar 14-19 September 2024.&nbsp;Tujuh nomor yang dilombakan adalah tim fairway putra-putri, double mix fairway, single stroke putra-putri serta double stroke putra-putri.&nbsp;Hasilnya, Jawa Tengah menjadi juara umum dengan perolehan tiga medali emas serta empat perunggu. Disusul Banten di peringkat kedua lewat dua emas, dua perak, dan satu perunggu. Tuan rumah Aceh di urutan ketiga lewat dua medali emas.&nbsp;Peringkat keempat direbut Bali dengan raihan dua perak dan satu perunggu. Jawa Barat menutup lima besar klasemen perolehan medali cabor woodball PON 2024 dengan perolehan satu perak dan satu perunggu.&nbsp;Posisi keenam dan ketujuh klasemen diduduki Jawa Timur dan DKI Jakarta yang sama-sama mendapatkan satu perak.<figure class="image"><img src="https://assets-skorid.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/Woodball_di_PON_2024_f0c7c30e02.jpg" alt="Woodball di PON 2024.jpg"><figcaption>Potret pertandingan olahraga woodball di ajang PON 2024 Aceh-Sumatra Utara. (Dok: Istimewa)</figcaption></figure>“Penyelenggaraan woodball di PON ini bukan hanya sebagai debut, tapi juga menjadi catatan sejarah buat olahraga ini,” kata Aang Sunadji, Ketua Umum Indonesia Woodball Association (IWbA).&nbsp;“Semoga ini bisa menjadi motivasi buat masyarakat woodball di Indonesia untuk terus memperkenalkan olahraga ini lebih luas dan memberikan prestasi tertinggi buat Indonesia di kancah dunia,” Aang menambahkan.Lebih lanjut, Aang Sunadji memberikan apresiasi untuk semua pihak yang membuat debut woodball berjalan sukses di PON 2024.“Saya juga harus memberikan apresiasi tinggi untuk semua pihak yang membuat debut woodball di PON berlangsung sukses, atlet, pelatih, wasit juri, panitia pelaksana dan tentunya KONI Pusat yang sudah memberikan kesempatan kepada kami untuk bisa menyelenggarakan ini dengan baik,” imbuhnya.&nbsp;Selanjutnya, Aang mengatakan IWbA masih akan terus mengusahakan supaya woodball kembali dipertandingkan di PON XXII-2028 NTT-NTB. Butuh komitmen dan kerja keras dari seluruh pihak untuk bisa mewujudkan hal tersebut.&nbsp;“Semoga bukan hanya di PON, tapi woodball juga bisa menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan di SEA Games 2025 Thailand dan tentunya kalau itu terjadi woodball bisa memberikan prestasi terbaik buat Indonesia,”&nbsp;ujar&nbsp;Aang.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/RuD4NgI5JLY?si=I1C09GyOVtquI0IO" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Sebanyak 114 atlet dari 16 provinsi turun di tujuh nomor yang dilombakan dalam cabor woodball PON 2024 di Lapangan Golf Lampuuk.

Woodball Sukses Jadi Debutan di PON 2024 Aceh-Sumatera Utara

SKOR.id - Perhelatan cabor esports di Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 Aceh-Sumatera Utara telah resmi berakhir pada Kamis (19/9/2024)Cabor esports di PON 2024 berlangsung pada 13-19 September 2024 di Medan International Convention Center resmi ditutup usai DKI Jakarta meraih gelar juara umum.Raihan tersebut diperoleh DKI Jakarta usai mengumpulkan satu medali emas di nomor Lokapala dan satu medali perak di nomor PUBG Mobile.Peringkat kedua pada ajang ini diraih oleh Jawa Barat usai mengoleksi medali emas di nomor Free Fire serta dua medali perunggu di nomor Mobile Legends: Bang-Bang dan Lokapala.Peringkat ketiga diraih bersama Sumatera Barat pada nomor PUBG Mobile, Kalimantan Selatan pada nomor eFootball, dan Sumatera Utara pada nomor Mobile Legends: Bang-Bang."Meski perhelatan cabor esports PON XXI 2024 telah berakhir, namun sesungguhnya ini adalah awal dari perjalanan gemilang dari atlet-atlet esports kebanggaan kita yang berasal dari seluruh penjuru Nusantara, yang telah berjuang keras dan menunjukkan bakat yang luar biasa.""PON XXI 2024 Aceh-Sumut kali ini menunjukkan kepada kita betapa esports telah menjangkau ke seluruh wilayah Indonesia.""Kita melihat bahwa kekuatan esports di Indonesia merata dan seimbang, tanpa ada satu provinsi yang mendominasi secara signifikan,” ujar Wakil Sekretaris Jenderal PB ESI Irjen. Pol. Benone J. Louhenapessy, S.IK., M.H.Benone menambahkan bahwa pada Cabor Esports PON XXI 2024, terdapat dua gim lokal yang dipertandingkan, yakni Lokapala di pertandingan babak utama dan Battle of Guardians di pertandingan babak ekshibisi.Kehadiran gim lokal pada ajang ini menegaskan komitmen PB ESI dalam mendorong pengembangan gim lokal. Selain itu, Cabor Esports PON XXI 2024 juga mempertandingkan lima gim populer, di antaranya Mobile Legends: Bang-Bang, Free Fire, PUBG Mobile, eFootball, dan Honor of Kings melalui babak ekshibisi.Cabor Esports PON XXI 2024 Aceh-Sumut diikuti oleh 308 atlet dari seluruh provinsi di Indonesia. Dari jumlah atlet tersebut, sebanyak 260 atlet ikuti pertandingan babak utama dan 16 atlet ikuti babak ekshibisi.<div class="raw-html-embed"><iframe width="695" height="391" src="https://www.youtube.com/embed/2y9PnqgSTYc" title="Penampilan Tim Indo di PMSL SEA 2024 Fall, MENGECEWAKAN! - #ESKOR" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

DKI Jakarta berhasil mengumpulkan satu medali emas dan satu mendali perak untuk keluar sebagai juara umum.

Esports

Cabor Esports PON 2024 Resmi Ditutup, DKI Jakarta Jadi Juara Umum

SKOR.id –&nbsp;Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 Aceh-Sumatera Utara diharapkan bisa melahirkan bibit-bibit unggul pemain bulu tangkis yang bisa menjadi andalan Indonesia di masa depan.Harapan tersebut disampaikan Ketua Umum PBSI, Fadil Imran, saat menghadiri laga final bulu tangkis PON 2024 di GOR PBSI Sumut, Deli Serdang pada Kamis (19/9/2024).&nbsp;Fadil menyampaikan harapan ini setelah PBSI mengubah regulasi terkait keikutsertaan PON 2024.Sebagai informasi, PBSI menyatakan bahwa atlet penghuni Pelatnas Cipayung tidak dapat mewakili daerahnya di cabang olahraga (cabor) bulu tangkis PON 2024.Regulasi ini berbeda dengan yang diberlakukan saat PON Papua 2021. Pada edisi sebelumnya, cabor bulu tangkis diikuti oleh 32 atlet Pelatnas Cipayung.“Memang kami sudah membuat regulasi untuk pemain pelatnas tidak bermain di PON. Ini untuk memberikan ruang kepada atlet-atlet daerah, atlet-atlet muda menunjukkan prestasi mereka,” ujar Fadil, mengutip dari Antara.Lebih lanjut, Fadil menuturkan hal ini menjadi kesempatan emas bagi PBSI untuk memantau bibit-bibit baru penerus pebulu tangkis andalan Indonesia, seperti Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, hingga Gregoria Mariska Tunjung.PBSI berharap melalui PON 2024, akan lahir pebulu tangkis Indonesia yang mampu meraih emas di ajang Olimpiade. “Ini menjadi ajang pemantauan bagi kami yang ada di pengurus pusat agar keberlanjutan rekrutmen pemain pelatnas itu bisa kami pantau dari sekarang,” tambah Fadil. “Di samping tentu membuka ruang bagi pengprov-pengprov untuk menunjukkan kualitasnya supaya merata, bukan hanya di pulau Jawa, tapi pulau-pulau di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, menunjukkan kualitasnya.”Selain itu, mantan Kapolda Metro Jaya ini juga mengatakan PON 2024 bisa dimanfaatkan sebagai ajang evaluasi terkait kinerja tiap Pengurus Provinsi PBSI.“Sekaligus ini merupakan ajang evaluasi KONI daerah kepada pengurus&nbsp;provinsi tentang kinerja pengurus&nbsp;PBSI&nbsp;di masing-masing daerah,” tuturnya.Harapan yang sama juga disampaikan Menpora Dito Ariotedjo yang turut hadir meninjau aksi para pebulu tangkis muda di PON 2024.Menpora Dito melihat pesta olahraga nasional ini akan melahirkan atlet bulu tangkis hebat di masa depan. Hal ini dikarenakan para atlet yang bertanding masih dalam kategori usia muda.“Kami hadir untuk meninjau sekaligus melihat final tunggal putri antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gelaran PON ini kita bisa lihat bibit-bibit unggul (atlet),” ujar Menpora Dito.Menpora Dito mengatakan ajang PON tahun ini juga akan memudahkan PBSI selaku federasi bulu tangkis untuk menjaring talenta hebat dari seluruh daerah. Di mana nantinya bakat yang terpantau itu bisa dilakukan pembinaan.&nbsp;“Yang mana nanti PBSI berjalan mencari segala potensi atlet, nah nanti bisa dimanfaatkan untuk ditingkatkan menjadi pemain Tim Nasional,” Menpora Dito menuturkan.&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/7Kb1aXCHGDA?si=JaUyWv_HtQIcTh7A" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

PON 2024 menjadi kesempatan emas bagi PBSI untuk memantau bibit-bibit baru penerus pebulu tangkis andalan Indonesia.

Badminton

PBSI dan Menpora Yakin PON 2024 Lahirkan Bibit Unggul Pebulu Tangkis Masa Depan

SKOR.id - PP Pesti terus berupaya mengembangkan cabang olahraga soft tennis di Indonesia agar lebih dikenal masyarakat.Salah satu upaya yang ditempuh PP Pesti adalah mendirikan sekolah soft tennis di provinsi paling barat Indonesia, yakni Aceh.Keputusan tersebut membuat Aceh terasa makin istimewa dalam sejarah perkembangan soft tennis di Tanah Air.Aceh sebelumnya sudah tercatat dalam buku sejarah kala soft tennis pertama kali dipertandingkan secara resmi di Pekan Olahraga Nasional (PON) pada tahun ini.“Kami mulai sekolah soft tenis Indonesia dari titik nol wilayah barat Indonesia, yakni Aceh," kata Ketua Umum PP Pesti, Brigjen. Pol. Dr. Awal Chaeruddin.“Dengan adanya sekolah soft tennis, maka olahraga ini akan bisa berkembang pesat serta dikenal dan digemari masyarakat Indonesia. Muaranya tentu saja mencetak prestasi.”<figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/DACuENSTyJD"></oembed></figure>Dalam kesempatan itu, Awal Chaeruddin menyerahkan 10 raket kepada siswa sekolah soft tennis yang juga jadi bagian dari program 1000 raket Merah Putih.“Mudah-mudahan sekolah soft tennis terus bertambah dan kami akan upayakan pengadaan peralatan untuk mereka.”&nbsp;Sementara itu, Heri Laksana selaku Ketua Pesti Provinsi Aceh menyebut soft tennis dapat sambutan cukup positif dari publik Serambi Mekkah.Rangkaian pertandingan cabang olahraga soft tennis PON 2024 yang dilangsungkan di Aceh pun menambah antusiasme masyarakat sekitar.&nbsp;Terkait sekolah soft tennis Indonesia di Aceh, Heri Laksana menyebut setidaknya sudah ada 48 siswa dari beberapa SMA yang siap bergabung. Mereka pun siap menjalankan program.“Infrastrukturnya sudah kami siapkan. Termasuk juga pelatih yang akan membimbing mereka,” Heri Laksana menjelaskan.&nbsp;“Anak-anak ini bahkan sengaja kami libatkan sebagai relawan di pertandingan soft tennis PON 2024 agar mereka bisa belajar dan melihat langsung pemain-pemain nasional yang tampil.”Rangkaian kompetisi soft tennis PON 2024 sendiri sudah tuntas digelar di lapangan tenis Trengginas Mapolda Aceh dan Lapangan Jasmani Kodam TNI Banda Aceh pada Rabu (18/9/2024)Dari tujuh medali emas yang diperebutkan, Kontingen Jawa Barat sukses merebut dua medali emas dan satu perak yang membuatnya jadi "juara umum" cabor soft tennis PON 2024.Sementara itu, peringkat dua diduduki oleh DKI Jakarta dengan dua emas dan dua perunggu sedangkan Jawa Tengah ada di posisi ketiga dengan satu emas dan dua perunggu.Dari 17 provinsi yang mengikuti cabor soft tennis di PON 2024, hampir semuanya berhasil mendapat medali kecuali perwakilan Sumatra Selatan, Sulawesi Barat, dan Papua.Berikut klasemen akhir raihan medali cabor soft tennis PON 2024:<figure class="table" style="width:56.2%;"><table class="ck-table-resized"><colgroup><col style="width:9.57%;"><col style="width:25.59%;"><col style="width:13.32%;"><col style="width:14.5%;"><col style="width:23.29%;"><col style="width:13.73%;"></colgroup><tbody><tr><td>NO</td><td>PROVINSI</td><td>EMAS</td><td>PERAK</td><td>PERUNGGU</td><td>TOTAL</td></tr><tr><td>1</td><td>Jawa Barat</td><td>2</td><td>1</td><td>-</td><td>3</td></tr><tr><td>2</td><td>DKI Jakarta</td><td>2</td><td>-</td><td>2</td><td>4</td></tr><tr><td>3</td><td>Jawa Tengah</td><td>1</td><td>-</td><td>2</td><td>3</td></tr><tr><td>4</td><td>Jawa Timur</td><td>1</td><td>1</td><td>1</td><td>3</td></tr><tr><td>5</td><td>DI Aceh</td><td>1</td><td>-</td><td>-</td><td>1</td></tr><tr><td>6</td><td>Kalimantan Timur</td><td>-</td><td>2</td><td>1</td><td>3</td></tr><tr><td>7</td><td>DI Yogyakarta</td><td>-</td><td>1</td><td>2</td><td>3</td></tr><tr><td>8</td><td>Sulawesi Utara</td><td>-</td><td>1</td><td>1</td><td>2</td></tr><tr><td>9</td><td>Nusa Tenggara Barat</td><td>-</td><td>1</td><td>-</td><td>1</td></tr><tr><td>10</td><td>Lampung</td><td>-</td><td>-</td><td>1</td><td>1</td></tr><tr><td>10</td><td>Jambi</td><td>-</td><td>-</td><td>1</td><td>1</td></tr><tr><td>10</td><td>Sumatra Barat</td><td>-</td><td>-</td><td>1</td><td>1</td></tr><tr><td>10</td><td>Sulawesi Selatan</td><td>-</td><td>-</td><td>1</td><td>1</td></tr><tr><td>10</td><td>Kalimantan Utara</td><td>-</td><td>-</td><td>1</td><td>1</td></tr><tr><td>-</td><td>Sumatra Selatan</td><td>-</td><td>-</td><td>-</td><td>-</td></tr><tr><td>-</td><td>Sulawesi Barat</td><td>-</td><td>-</td><td>-</td><td>-</td></tr><tr><td>-</td><td>Papua</td><td>-</td><td>-</td><td>-</td><td>-</td></tr></tbody></table></figure><div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/TO-ai-DLfp8?si=fPe40Dw2loqQYcDy" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Mendirikan sekolah merupakan salah satu upaya PP Pesti dalam mengembangkan cabang olahraga soft tennis di Indonesia.

Latest Articles - PON 2024